Tuesday, November 17, 2009

Dua Bulan di Solo, Bisa Bahasa Jawa

NGOBROL dengan David William Ashton McKenny, 26, terasa berbeda jika dibandingkan dengan warga asing lainnya. David sudah lancar berbahasa Jawa, meski baru dua bulan tinggal di Solo. Kebanyakan orang asing lebih mudah belajar bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa. Tapi, David beda. Selama wawancara, dia malah menggunakan bahasa Jawa.

''Ora popo, nganggo boso Jowo. Aku iso. Tapi, alon-alon yo? (Tidak apa-apa pakai bahasa Jawa. Aku bisa. Tapi, pelan-pelan ya?),'' pintanya dengan logat yang sedikit aneh. Sekarang David belajar karawitan di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Di kalangan teman-temannya, David dikatakan cepat mudeng (paham) berbahasa Jawa. Padahal, dia mengatakan tidak belajar secara khusus untuk mengerti bahasa Jawa. ''Sinau karo konco-konco. Terus aku iso (belajar pada teman-teman, kemudian saya bisa),'' lanjutnya.

Seperti halnya yang lain, David merupakan salah seorang warga negara asing yang tertarik memperdalam budaya Indonesia. Rasa penasaran terhadap musik gamelan membuatnya berada di Solo saat ini. ''Saya ingin belajar langsung dari daerah asalnya. Di Inggris ada sih pengajar gamelan, tapi bukan asli dari Jawa. Dia orang Inggris yang kebetulan pernah belajar gamelan di Indonesia,'' tuturnya.

Sebetulnya, ini bukan kali pertama David berada di Solo. Dia sudah dua kali mengunjungi Kota Bengawan tersebut. Pertama pada 2006, dia tinggal di Solo tiga bulan. Lalu, pada 2008, David kembali ke Solo, tapi hanya dua bulan. Sekarang dia berniat untuk tinggal lebih lama, mungkin satu tahun. Dia mengatakan biar bisa belajar lebih lama.

Sejak awal datang ke Indonesia, Solo langsung menjadi jujugan. Sebab, di Inggris, Solo sangat dikenal dengan gamelannya. ''Kalau bicara gamelan, yang kami tahu ada dua kota di Indonesia yang terkait dengan itu. Yaitu, Solo dan Jogjakarta,'' ucapnya. David mengibaratkan dua kota tersebut seperti Cambridge dan Oxford yang terkenal dengan universitasnya.

Maka, selepas kuliah di School of Oriental and African Studies (SOAS), London, jurusan ethnomusicology pada 2006, David langsung terbang ke Solo.

Ketika pulang ke Inggris nanti, dia ingin membuat workshop tentang gamelan di negara-negara Eropa. ''Sejauh ini, baru itu rencana saya. Belum ada rencana konkret sih. Tapi, saya pikir belajar gamelan itu bagus untuk musikalitas. Mungkin saya bisa membuat sebuah komposisi musik baru dari gamelan dan jenis musik lain yang pernah saya pelajari," ujarnya. (jan/nw)

Jawa Pos, Senin, 16 November 2009


0 comments: