Tuesday, June 17, 2008

Jelang Usia 75 Tahun Panjebar Semangat, Salah Satu Ikon Bahasa Jawa

Karya Remaja Bisa Lebih Baik


Majalah mingguan berbahasa Jawa Panjebar Semangat masih kukuh menyebarkan semangat dalam usianya yang menjelang tiga perempat abad. Kini, yang sedang mereka lakukan adalah "kaderisasi" bahasa Jawa.



KETIKA dilahirkan pada 2 September 1933 oleh dr Soetomo, format Panjebar Semangat (PS) bukan majalah seperti sekarang. PS hanya berupa lembaran koran. Empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI, tepatnya pada 1949, PS berubah menjadi majalah.

Sesuai dengan namanya, misi awal majalah itu adalah menyebarkan semangat berjuang melawan penjajah kepada rakyat Indonesia. Langkah tersebut ternyata ditempuh untuk melancarkan komunikasi antara para tokoh pergerakan dengan masyarakat yang saat itu hanya menguasai bahasa Jawa.

"Sebab, pada masa penjajahan, belum ada media berbahasa Jawa. Yang ada hanya majalah berbahasa Melayu dan Belanda," kata Drs Moechtar, pemimpin redaksi PS, ketika ditemui di kantornya di samping Gedung Nasional Indonesia, Jalan Bubutan, kemarin (16/6). "Panjebar Semangat jadi salah satu alat untuk menyebarkan informasi bagi masyarakat," lanjutnya.

Sejak tahun 60-an, fungsi majalah PS tak lagi sebagai alat komunikasi perjuangan. Majalah itu terfokus pada pelestarian bahasa Jawa. "Sebab, ada gejala penurunan minat untuk mempelajari bahasa Jawa," ucap mantan dosen Stikosa AWS tersebut.

Karena itu, PS mulai berbenah diri. Saat ini, majalah setebal 56 halaman tersebut melengkapi diri dengan rubrik baru yang lebih "segar" dan khusus remaja. Namanya, Glanggang Remaja. Rubrik tersebut ada sejak 2004. Tujuannya, menggaet minat remaja agar tetap mengenal bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu itu. Dengan begitu, eksistensi bahasa Jawa tak pudar seiring dengan perkembangan zaman.

"Misi jangka panjang, kaum muda akan terus membaca Panjebar Semangat. Juga, berlanjut hingga ke anak cucunya," ucapnya.

Rubrik Glanggang Remaja terdiri atas tiga bagian. Yakni, profil, manja (roman remaja), dan tekno. Manja merupakan salah satu bagian yang diminati banyak remaja. Sebab, rubrik itu memuat cerita fiksi berbahasa Jawa karya remaja. Dalam sehari, redaksi minimal menerima tiga artikel. Padahal, hanya satu artikel yang bisa dimuat. "Kami menyeleksi, walau tak begitu ketat. Jika cerita bagus namun alur atau tata bahasa kurang betul, bisa diperbaiki," ungkap Moechtar yang memiliki empat anak tersebut.

Tingginya minat para remaja mengirimkan cerita fiksi membuat redaksi menambah jumlah halaman rubrik Glanggang Remaja. Awalnya, hanya satu halaman. Saat ini, jumlahnya sudah menjadi empat halaman.

"Pengirim rubrik Crita Cekak juga banyak dari kalangan remaja," tuturnya. Dari pantauan pria 83 tahun tersebut, karya remaja tak boleh dipandang sebelah mata. Bahkan, ada beberapa hasil karya remaja yang lebih baik daripada seniornya. "Mungkin, sudah saatnya ada pergantian era dari penulis tua ke yang lebih muda," paparnya.

PS juga menampilkan rubrik-rubrik lain yang dikemas dalam berita berbahasa Jawa yang enak dibaca. Di antaranya, rubrik Crita Cekak, Yok Opo Rek Kabare... Surabaya?, Olahraga, Padhalangan, Kok Rena-Rena, Macapatan, Tasawuf Populer, Alaming Lelembut, ataupun Taman Geguritan.

Yang paling digemari adalah rubrik Alaming Lelembut dan Crita Cekak. "Dari hasil survei tahunan kepada pelanggan, rubrik tersebut memang mendapatkan rating tinggi," terangnya. Keberagaman cerita dan kisah itulah yang membuat PS tetap eksis. (ai/dos)


Jawa Pos [Selasa, 17 Juni 2008]

0 comments: