TEMPO Interaktif, Surabaya: Aksi panggung Kabaret Does dari kota Pamaribo, Republik Suriname, memukau penonton yang memadati Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur, Sabtu (10/11) malam dan Minggu (11/11) siang. Penampilan grup yang digawangi Salimin Ardjoutomo alias Kapten Does, Argyll Ardjoutomo, Rochmani Wongsosemito, Rakiman Resosumito dan Soelijanto Amatirsyat alias Ning Sulianti tersebut merupakan salah satu bagian dari rangkaian acara Festival Seni Cak Durasim 2007.
Sabtu malam aksi kocak Argyll dan kawan-kawan mengetengahkan cerita Lelakone Wong Songko Njowo (Kisah Orang dari Jawa). Penonton tidak beringsut dari dalam gedung hingga pertunjukan yang berdurasi 60 menit itu usai.
Tak jarang penonton dibuat terpingkal-pingkal oleh kelihaian Argyll dan Soelijanto menghidupkan suasana dengan dialek-dialek campuran Jawa Tengah dan Suroboyoan yang medok. Kemampuan para pemain untuk saling mengimbangi dialog terlihat sangat matang sehingga tidak membosankan. "Mereka grup yang sudah jadi," kata Cak Kartolo, seniman Ludruk asal Surabaya yang ikut menonton.
Cerita diawali dengan monolog Salimin yang mengungkapkan penderitaan hidup ribuan orang Jawa sejak dibawa Belanda pada 1890 silam. Di negara nun jauh di Amerika Selatan itu orang Jawa dipaksa bekerja di perkebunan. Saat pertama kali datang, mereka tidak diberi tempat tinggal sehingga terpaksa tidur di sembarang tempat. Banyak diantara mereka ingin pulang lagi ke Jawa, tetapi tidak bisa.
Kisah sedih 117 tahun lampau itulah yang sebenarnya hendak diangkat Salimin dalam Lelakone Wong Songko Njowo. "Tapi karena waktu yang diberikan panitia sangat terbatas terpaksa ceritanya kami ubah menjadi humor," kata Salimin yang juga bertindak sebagai pimpinan grup.
Kemasan cerita pun dipadatkan dengan pergulatan hidup seorang Bu Rosi (Argyll) yang masih memegang teguh adat Jawa dengan kehendak anak perempuannya, Susi (Soelijanto) yang ingin menerapkan kehidupan modern masa kini. Susi menjalin cinta dengan Joni (Rakiman) dan ingin cepat dinikahkan.
Namun Bu Rosi tetap ngotot agar proses pernikahan itu dilakukan melalui tahapan-tahapan sesuai dengan adat Jawa. Misalnya si lelaki harus datang bersama orang tuanya untuk melamar. "Meski jauh di Suriname, saya tetap memegang teguh adat istiadat leluhur saya," kata Bu Rosi.
Minggu siang Kabaret Does kembali beraksi dengan membawakan lakon One People, One Nation, One Destination. Kali ini dengan audience khusus para pelajar SMTA se-Surabaya. Tak beda dengan malam sebelumnya, penampilan Kabaret Does juga memperoleh sambutan yang tak kalah meriah.
Seusai pentas para personel Kabaret Does didaulat untuk berdiskusi. "Saya tak menyangka sambutan di sini sangat antusias," kata Salimin. [KUKUH S WIBOWO]
Sumber: Koran Tempo
Selasa, 13 November 2007 | 19:02 WIB
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment