Wednesday, March 5, 2008

Ketika Himpunan Pembina Bahasa Indonesia ”Ngrasani” Pojok Kampung

CANDRA KURNIA H, Sidoarjo

Bingung Jelaskan Pistol Gombyok ke Anak
Upaya pelestarian Bahasa Jawa, yang menurut UNESCO (United Nation of Education Social and Culture Organization) menduduki peringkat ke-11 sebagai bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, terus dilakukan. Misalnya, kemarin dihelat seminar tentang Pojok Kampung, berita bahasa Suroboyoan yang ditayangkan di JTV.



Suasana serius dibalut dengan canda mewarnai Delta Graha Pemkab Sidoarjo kemarin siang. Di gedung itu, puluhan anggota Himpunan Pembina Bahasa Indonesia Cabang Sidoarjo Periode 2005-2008 sedang mengadakan seminar bertema Peranan Bahasa Berita Pojok Kampung JTV Dalam Dunia Pendidikan.

Kendati sudah beberapa kali acara serupa dihelat, masih saja pro kontra mewarnai. "Kalau dihubungkan dengan masalah pendidikan, bahasanya Pojok Kampung itu banyak yang nggak mendidik," ujar Siti, salah seorang peserta. Dia khawatir, acara yang ditayangkan pukul 13.00-13.30 itu akan mempengaruhi anak-anak berkata jorok. Dia lantas menceritakan kesulitannya menjelaskan pada anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar tentang arti kata seperti "pistol gombyok" atau "empal brewok".

Wanita berjilbab itu lebih tegas mengatakan bahwa sebaiknya JTV menggunakan bahasa lain dalam menyajikan sebuah bahasa. "Kalau mau memberitakan mengenai kasus perkosaan, ya ceritanya sampai diperkosa saja. Nggak perlu menceritakan tindakan tersangka yang memperlakukan alat vital korban," katanya yang disambut tepukan tangan peserta seminar.

Berbeda dengan Siti, seorang seniman asal Jombang Usman, menyatakan dukungannya terhadap penggunaan bahasa Suroboyo-an dalam menyajikan sebuah berita. Namun menurutnya, istilah Suroboyo-an lebih baik diganti dengan Jawa Timuran. Karena hanya sebagian kecil saja kata-kata yang digunakan dalam naskah berita, asli bahasa Surabaya.

"Saya rasa kalau diganti Bahasa Jawa Timuran, malah bisa diterima seluruh masyarakat Jawa Timur," terang pria berusia 70 tahun tersebut. Pensiunan Kepala Sekolah SD Karah 4 Surabaya ini, menambahkan untuk menghindarkan kata-kata yang kurang etis, dia menyarankan agar format penulisan berita tak sekadar menterjemahkan kata-kata dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Surabaya. Melainkan, lebih menonjolkan keruntutan alur cerita dalam berita tersebut.

Mengomentari pendapat tersebut, Dr Kisyani Laksono, dosen Unesa yang jadi pembicara, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata Suroboyo-an berarti mencakup daerah di sekitar Surabaya, seperti Sidoarjo, Jombang, Mojokerto, Gresik, Pasuruan, atau Gerbang Kerta Susila.

Nanang Purwono, Produser Eksekutif Pemberitaan JTV menambahkan, jika istilahnya diganti dengan Jawa Timur-an, dikhawatirkan timbul protes dari masyarakat di luar Surabaya yang mengklaim bahwa ada beberapa kata, bukan asli dari daerahnya. "Kalau masalah kata-kata yang dianggap jorok, meski ada yang kurang berkenan. Tapi banyak juga yang suka," terangnya.

Sementara Amir Mahmud dari Balai Bahasa Sidoarjo, mengatakan rencananya untuk menyusun kamus bahasa Suroboyo-an sudah memasuki proses penyusunan pedoman umum. Pihaknya akan meminta bantuan kepada tokoh masyarakat, JTV, dan Pemda setempat untuk mengerjakan proyek ini.

"Masalah yang kami hadapi adalah kekurangan dana. Untuk menurunkan tim kelapangan, menginventarisir kata-kata itu butuh dana banyak mas," jelasnya. []

Jawa Pos Rabu, 13 Apr 2005

0 comments: