Thursday, March 13, 2008

Otonomi Daerah dan Sastra Lokal

Oleh Rachmad Djoko Pradopo

PENGARANG lokal-nasional di daerah Propinsi Jawa Tengah banyak sekali, terutama berpusat di Semarang dan sekitarnya. Di antara sastrawan lokal-nasional yang terkenal adalah Pramoedya Ananta Toer, NH Dini, KH Mustafa Bisri, Darmanto Jt, dan Dorothea Rosa Herliani. Ada seorang sastrawan sebelum kemerdekaan, zaman Balai Pustaka tahun 40-an, adalah Sutomo Djauhar Arifin, karyanya roman Andang Teruna. Ada beberapa antologi bersama di Propinsi Jawa Tengah, pada umumnya berupa antologi puisi. Di antaranya adalah Antologi Puisi Jawa Tengah (1994), editornya Pamuji Ms, Lawang Sewu: Antologi Puisi Semarang (1995), penyuntingnya Hendry TM, Menoreh, 1, 2, 3 merupakan Antologi Puisi Penyair Kedu, penyuntingnya Drs Soetrisman MSc.



Sastrawan Jawa-Indonesia yang belum disebutkan adalah Aryono KD (Jepara-Kudus), Teguh Munawar (Jepara-Kudus), Sumiyoso (Jepara-Kudus), Yudhi Ms, Mukti Sutarman, Timur Suprabawa (Kudus). Mereka yang tersebut, baik menulis sastra Jawa maupun sastra Indonesia. Ada antologi puisi Jawa dari Tegal dengan bahasa Jawa dialek Tegal: dengan editor Lanang Setiawan, 1998. Ruwat Desa untuk Indonesia dengan Ruh Puisi, yang merupakan antologi 21 penyair.

Yang perlu dicatat, corak sastra lokal-nasional itu mengandung latar sosial-budaya lokal (Jawa). Karya Pramoedya Ananta Toer yang bercorak sosial-budaya lokal di antaranya adalah Perburuan dan Bukan Pasar Malam. Dalam kedua novel itu latar tempat dan sosial-budayanya Jawa Blora. Karya-karya NH Dini di antaranya berlatar Semarang, lebih-lebih cerita kenangannya, di antara novelnya yang berlatar budaya Jawa adalah Tirai Menurun berlatar budaya Jawa Semarang, terutama budaya wayang orang.
Roman Sutomo Djauhar Arifin Andang Teruna berlatar budaya Jawa Semarang, terutama budaya wa- yang. Di antara sajak-sajak Darmanto Jt berlatar pandangan hidup orang Jawa. Darmanto Jt dibesarkan di Yogyakarta, sekarang berdomisili di Semarang. Ia dosen Fisipol Undip. Di antara latar sosial budaya Jawa ini tampak dalam sajaknya “Isteri” sebagai berikut.

ISTERI
--isteri mesti digemateni
ia sumber berkah dan rejeki
(Towikromo, Tambran,
Pundong, Bantul)
Isteri sangat penting untuk ngurus kita
Menyapu pekarangan
Memasak di dapur
mencuci di sumur
mengirim rantang ke sawah
dan ngeroki kita kalau kita masuk angin
Ya. Isteri sangat penting untuk kita
Ia sisikan kita
kalau kita pergi kondangan
Ia tetimbangan kita
kalau kita mau jual palawija
Ia teman belakang kita
kalau kita lapar dan mau makan
Ia sigaraning nyawa kita
kalau kita ....
Ia sakti kita!
........
Ya. Ya. Isteri sangat penting bagi kita justru ketika
mulai melupakannya.
Jadi, waspadalah!
Tetep, madep, manteb
Gemi, nastiti, ngati-ati
Supaya kita mandiri -- perkasa dan pinter ngatur hidup
Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel,
atau lurah
Seperti Subadra bagi Arjuna
makin jelita ia di antara maru-marunya
Seperti Arimbi bagi Bima
jadilah ia jelita ketika melahirkan jabang tetuka
Seperti Sawitri bagi Setyawan
Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka
Ah. Ah. Ah
Alangkah pentingnya isteri ketika kita mulai
Melupakannya
Hormatilah isterimu
Seperti kau menghormati Dewi Sri
Sumber hidupmu
Makanlah
Karena memang demikian suratannya!

Towikromo.
(Ki Blaka Suta Bla Bla, 1980: 40-41)

Yang perlu dicatat lagi, selain di tiap ibu kota propinsi ada Dewan Kesenian, sekarang ini, pada umumnya, tiap-tiap kota ada sanggar-sanggar seni, terutama sanggar-sanggar sastra. Pada umumnya di ibu kota propinsi dan kabupaten ada sanggar sastra yang aktif menghimpun para sastrawan di daerahnya untuk mengadakan kegiatan sastra, baik untuk berdiskusi sastra, mengadakan pergelaran seni, maupun mendorong kreativitas penulisan dan penerbitan karyanya bersama-sama. Seperti antologi yang telah dibicarakan di atas adalah karya mereka.

Akan tetapi, tidak semua kota kabupaten mempunyai sanggar sastra, misalnya di kota Klaten, seingat penulis belum ada sanggar sastra, pengarangnya pun yang tercatat cuma dua orang yang tersebut di atas. Hal ini tergantung pada aktivitas para sastrawan dan penggeraknya. Misalnya, di Purworejo beberapa tahun yang lalu ada sanggar sastra KOPISISA, yang dipimpin oleh Soekoso DM, tetapi sekarang tidak aktif. Di Jepara-Kudus ada sanggar sastra yang aktif, begitu juga di Blora, Surakarta, Semarang dan Tegal. Di Sragen ada penyair Sus S Hardjono, salah satu kumpulan sajaknya Tembang Tengah Musim dan sastrawan terkenal Danarto, yang sekarang berdomisili di Jakarta, karyanya kental dengan latar sosial budaya Jawa: Godlob, Berhala dan Gergasi; terutama kumpulan cerpennya Godlob. Akan tetapi, apakah Sragen ada sanggar sastra, penulis tidak tahu.
Dalam kaitannya dengan otonomi daerah itu, sanggar-sanggar sastra seperti tersebut itu perlu diaktifkan untuk mendorong kegiatan para sastrawan dan apresiasi sastra masyarakatnya. Dalam penelitian sastra lokal, sanggar sastra, sastrawan-sastrawan, aktivitas sastranya, dan karya-karya sastranya perlu dicatat dan diteliti sebaik-baiknya. Begitu juga, guru-guru dan dosen sastra sangat perlu untuk menampilkan para sastrawan lokalnya dalam pengajaran dan pendidikan sastra.

Tulisan ini bertujuan untuk mengemukakan sastra lokal secara inti dan garis besarnya saja, agar mendapat perhatian baik masyarakat umum maupun guru-guru dan dosen sastra dalam rangka Otonomi Daerah. Oleh karena itu, masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut secara mendalam untuk mengenal dan memahami sastra lokal sebaik-baiknya, baik sastra lokal Jawa maupun sastra lokal-nasional Indonesia. []


Daftar Bacaan

Darmanto Jt 1980 Ki Blakasuta Bla Bla, Semarang: Karya Aksara; 1981 Karto Iya Milang mBoten, Semarang: Karya Aksara; 1984 Golf untuk Rakyat, Yogyakarta: Bentang I Utama.

Darnawi, Soesatyo (ed), 1983 Lintang-lintang Abyor, Semarang; Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Dojosantosa, 1990 Taman Sastrawan, Semarang: CV Aneka Ilmu.
Hoetomo, Suripan Sadi, 1997 Sosiologi Sastra Jawa, Jakarta: Balai Pustaka; 1996 Tradisi Dari Blora, Semarang: Citra Almamater; 1984 Antologi Puisi Jawa Modern 1940-1980 Surabaya: Sinar Wijaya.

Hutomo, Suripan Sadi dan Setyo Yuwono Sudikan, 1988 Problimatik Sastra Jawa, Surabaya: Jurusan Pendidikan Sastra Jawa.
Handry TM, 1995 Lawang Sewoe: Antologi Puisi Semarang, Multi Massa, Semarang.
Pamuji MS, 1994 Antologi Puisi Jawa Tengah, Semarang: Yayasan Citra Pariwara Budaya.

Setiawan, Lanang (ed) 1998. Ruwat Desa untuk Indonesia dengan Ruh Puisi Tegalan, Tegal: Jurnal Tegal-Tegal.

Soetrisman (ed) 1997, Menoreh 3: Antologi Puisi Kedu, Kedu: Cagar Seni Menoreh.
Widati, Sri; Slamet Riyadi, Tirto Suwondo dkk. Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Kemerdekaan. Yogyakarta: Kalika Press.

KR/Minggu Pagi
Tanggal: Wednesday, 21 January 2004 11:13
Topik: No.42 Th.56 Minggu III Januari 2004

0 comments: