Oleh
Anam Rahus
A. Pendahuluan
Sastra Jawa merupakan bagian dari kesusastraan Nusantara. Sastra Jawa saat ini masih terus berkembang sesuai dengan kondisi dan minat masyarakat pendukungnya. Sastra Jawa modern berkembang seiring dengan kesusasteraan Indonesia. Selama ini perkembangan sastra Jawa melalui mass media, terutama majalah berbahasa Jawa Jaya Baya dan Panyebar Semangat. Setelah Ajip Rosidi memberikan hadiah sastra Rancage bagi buku sastra Jawa yang dianggap baik, ada perkembangan baru dalam bidang penerbitan sastra Jawa. Penerbitan buku mulai diusahakan lagi oleh para sastrawan Jawa. Di antara buku-buku sastra Jawa yang pernah terbit yaitu kumpulan cerpen Kreteg Emas Jurang Gupit karya Djajus Pete. Buku ini telah mendapatkan hadiah sastra dari Yayasan Kebudayaan Rancage pada tahun 2002. Sudikan dkk. (1996:3) menyatakan bahwa kesusastraan Jawa modern sudah mendapat perhatian dari kalangan akademis dan kalangan kritikus sastra meskipun tidak seimbang bila dibandingkan dengan kajian terhadap kesusastraan Jawa klasik.
Kreteg Emas Juran Gupit karya Djajus Pete diterbitkan oleh yayasan Pinang Sirih dan Dewan Kesenian Jawa Timur pada tahun 2001. Buku ini berisi sepuluh cerita pendek: “Bedhug”, “dasamuka”, “Kadurjanan”, “Kakus”, “Kreteg Emas Jurang Gupit”, “Pasar Rakyat”, “Petruk”, “Rajapati”, “Setan-Setan”, dan “Tikus lan Kucinge Penyair”. Djajus Pete lahir di desa Dempel, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi tanggal 1 Agustus 1948, dari keluarga petani. Kini ia tinggal di desa Purwosari, Kecamatan Purwosari, Kabuoaten Bojonegoro. Pekerjaan sehari-harinya sebagai guru SD.
Menurut pengakuannya, di dalam berkarya Djajus Pete menganut aliran simbolis-surealis. Sedang menurut Hutomo (1975:54) kepengarangan Djajus Pete termasuk jalur pengarang Purwadhie Atmodihardjo. Ciri pengarang ini mempunyai gaya yang tandas dan matang mengungkapkan kepahitan hidup dan keindahan hidup rakyat kecil yang kadang-kadang disertai dengan humor yang menarik hati. Di samping itu bahasa yang dipakai bahasa sehari-hari yang dipakai masyarakat pedesaan.
Djajus Pete merupakan seorang pngarang cerita pendek bebahasa Jawa yang cukup menonjol. Karya-karyanya tidak sekedar menawarkan hiburan kepada pembaca. Benarkah Djajus Pete menganut aliran surealis-simbolis? Unsur simbolis apa sajakah yang terkandung dalam kumpulan cerpen Kreteg Emas Jurang Gupit? Sejauh mana pengarang konsisten dalam menganut alirannya itu? Hal ini yang melatar belakangi pengkajian cerpen-cerpen Djajus Pete ini.
Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa (Wellek dan Warren,1990:109). Sesuai dengan pengakuan pengarang, ia menganut aliran simbolis-surealis. Simbolisme merupakan aliran seni dan sastra di Perancis pada abad 19 yang menentang realisme. Crita Cekak (cerita pendek) di dalam sastra Jawa termasuk genre kesusastraan baru (Hutomo,1975:38). Bentuk kesusastraan ini baru muncul sekitar tahun tiga puluhan. Keberadaan crita cekak tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan mass media berbahasa Jawa. Sejak pertumbuhannya hingga saat ini peranan surat kabar dan majalah sangat besar dalam perkembangan crita cekak. Meskipun ada terbitan buku-buku kumpulan crita cekak seperti Kringet Saka Tangan Prakosa karya Iesmaniasita, Trem karya Suparto Brata, Kreteg Emas Jurang Gupit karya Djajus Pete, karya-karya yang terdapat di dalam antologi tersebut pada awalnya dimuat dalam mass media berbahasa Jawa. Untuk mengungkap unsur simbolis surealis dalam Kreteg Emas Jurang Gupit memanfaatkan teori strukturalisme dan teori semiotik.
Simbolisme-Surealisme sebenarnya merupakan gabungan dua aliran, yaitu aliran simbolisme dan aliran surealisme. Yang dimaksud dengan simbolisme adalah corak sastra yang menggunakan citraan yang kongkrit untuk mengungkapkan perasaan atau ide yang abstrak (Sudjiman,1986:70). Simbolisme juga mengacu kepada gerakan seni dan sastra di Perancis pada abad 19 yang menentang realisme.
Surealisme menurut Sudjiman (1986:72) aliran dalam seni sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan nonrasional dalam citraan. Penganut aliran ini menyajikan karya sastra dengan citran yang menonjolkan efek urutan yang acak. Surealisme berarti di atas kenyataan. Dengan demikian simbolisme-surealisme merupakan corak sastra yang menggunakan citraan yang kongkrit untuk mengungkapkan ide yang abstrak yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan non rasional dalam citraan.
Karya sastra dapat digolongkan ke dalam dua unsur, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Teori untuk menganalisis unsur instrinsik di dalam karya sastra lazim memakai teori struktural. Analisis struktural didasarkan bahwa karya sastra merupakan suatu yang otonom. Karya sastra dianalisis atas unsur-unsurnya tanpa memperhatikan unsur lain di luar karya sastra itu.. Analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat keterikatan semua anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Suwondo,2001:55). Karena analisis struktural dianggap mempunyai beberapa kelemahan, kemudian analisis struktutal mengalami perkembangan, seperti munculnya analisis strukturalisme genetik, strukturalisme Levi Strauss, dan teori semiotik.
Djajus Pete telah ,menyatakan bahwa dirinya menganut aliran simbolis-surealis. Untuk menganalisis unsur-unsur simbolis surealis dipakai teori semiotik. Semiotika (Sudjiman,1991:5) adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya. Tanda-tanda bahasa adalah simbol. Simbol-simbol tersebut diciptakan berdasarkan konvensi. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Pradopo,2001:68). Mengkaji dengan pendekatan semiotik adalah mengkaji tanda. Di dalam tanda terdapat dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified).
Pengertian dasar de Saussure bertolak dari pemikiran dua dimensi, yaitu langue dan parole. Menurut de Saussure (Krampen,1996:57) langue merupakan suatu fakta social, seperti bahasa nasional merupakan fakta sosial. Langue suatu sistem kode yang diketahui oleh semua anggota masyarakat. Barthes (1996:81) menyatakan bahwa langue adalah suatu institusi sosial dan sekaligus juga suatu sistem nilai. Sedang parole merupakan suatu tindakan individual yang merupakan seleksi dan aktualisasi. [bersambung…]
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment