MALANG - Duta Besar Suriname untuk Indonesia Soeprijanto Muhadi kemarin mengurai kembali sejarah bangsa jajahan Belanda tersebut. Hal itu dia sampaikan saat menjadi pembicara dalam kuliah umum Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional di gedung PPI Universitas Brawijaya (UB), kemarin (18/4). "Suriname penduduk terbesarnya keturunan Jawa. Kami di sana karena bawaan perang," ujar Soeprijanto.
Jika dipersentase, lanjut dia, 18 persen atau sekitar 70 ribu penduduk Suriname adalah warga keturunan Jawa. Karena itu, mereka sangat fasih berbahasa Jawa meski berada di negara dengan bahasa resmi Belanda. "Karena itu, kami meminta perhatian pemerintah Suriname untuk menjaga kebudayaan Jawa itu," ujarnya.
Salah satunya adalah dengan kursus gratis bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Dengan begitu, hubungan yang berkesinambungan antara Indonesia dan Suriname tidak pernah terputus. Meski jarak Indonesia dan Suriname cukup jauh, ikatan darah yang mengaliri warga Suriname keturunan Jawa tak bisa dipisahkan. "Bagaimanapun, Indonesia tetap tumpah darah kami," tandas Soeprijanto.
Lebih lanjut, saat itu laki-laki paro baya dengan wajah khas keturunan Jawa itu juga menyinggung hubungan politik Indonesia-Suriname. Menurutnya, selama ini Indonesia lebih memilih soft power diplomacy untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan rakyatnya. Meski begitu, untuk urusan diplomasi dengan para pengusaha, negeri ini selalu total. Termasuk, dengan para pihak swasta. "Ini sah-sah saja karena untuk menarik investor," terang dia.
Tapi, yang terpenting, kata Soeprijanto, politik luar negeri adalah cerminan politik dalam negeri sebuah negara. Jika kondisi di dalam kacau balau, sudah tentu akan sulit menrejemahkan keluar. (nen/war)
Radar Malang Sabtu, 19 Apr 2008
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment