Oleh: Suparto Brata
Hari Jumat 30 Mei 2008 jam 0900 saya terima telepon dari Sdr. Uki, wartawan LKBN Antara Jl. Kombes Pol Duryat 41A Surabaya. Semula dia mendapat undangan dari Bonari untuk bercangkrukan dengan PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya) dan Dr. George Quinn (dari Australia) di Balai Bahasa Surabaya (alamat Buduran Sidoarjo) tgl. 2 Juni 2008 jam 1900. Uki diberitahu Bonari bahwa George Quinn juga berkunjung ke rumah saya (Jl. Rungkut Asri Surabaya). Uki tanya kepadaku, siapakah George Quinn?
Dr. George Quinn lahir di Tekuiti, Selandia Baru, 22 Juli 1943, tamat Wellington College (SMA) 1961; M.A di Victoria University of Wellington, 1965; B.A di Universitas Gadjah Mada, 1973. Taun-taun 1967-1970 jadi dosen (bahasa Inggris) di Universitas/IKIP Setya Wacana, Salatiga. Tahun 1971-1973 dosen bahasa Inggris (part-tame) di Universitas Gadjah Mada. Tahun 1974-1980 dosen muda di Universitas Sydney, berlanjut jadi dosen di Universitas Sydney 1981-1984.
Tahun 1984 ketika PSJB (Pamardi Sastra Jawi Bojonegoro) Bojonegoro menyelenggarakan Sarasehan Jatidiri Sastra Daerah yang membicarakan keadaan bahasa-bahasa daerah-daerah Indonesia seperti bahasa Batak, Minangkabau, Melayu, Sunda, Bali dan Jawa, George Quinn juga diundang dan datang. Beliau berceramah tentang Romantisme Sebagai Unsur Pokok Dalam Jatidiri Novel Jawa.
Sudah beberapa lama George Quinn tidak berkabar dengan sastra Jawa. Baru beberapa minggu lalu saya dapat email dari beliau bahwa nanti pada hari Minggu 1 Juni 2008 beliau bertamu ke rumah saya. Dan menurut Bonari, Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, tanggal 2 Juni 2008 jam 1900 PPSJS bersama George Quinn cangkruk di Balai Bahasa Surabaya. Dari emailnya alamat beliau sekarang Head, Southeast Asia Centre, Faculty of Asian Studies, College of Asia and the Pacific Australian National University, Canberra ACT 0200, Australia.
“Keperluannya dengan Pak Parto apa?” tanya Uki di telepon.
Beliau hanya tanya buku-buku saya yang terbit baru apa. Untuk itu saya sudah menyiapkan beberapa buku saya untuk beliau.
“Buku baru Pak Parto apa saja?”
Saya sibuk menyiapkan roman-roman bahasa Jawa yang pernah saya tulis untuk saya siapkan diterbitkan menjadi buku. Untuk tahun 2008 ini saya siapkan roman-roman detektip Handaka saya, yaitu Kunarpa Tan Bisa Kandha (Mayat toh tidak bisa bicara); Garuda Putih (nama penjahat); dan Tretes Tintrim (
Kota Tretes yang sunyi). Masing-masing pernah dimuat di majalah bahasa Jawa Jaya Baya 1992, Panjebar Semangat 1974, dan Jaya Baya 1964.
“Mengapa selalu bahasa Jawa?”
Karena saya ingin roman bahasa Jawa juga jadi bacaan masyarakat, sehingga sastra Jawa tetap eksis. Saya pilihkan cerita detektip sebab pada sastra Jawa cerita detektip punya keunikan lain, tidak romantisme sebagai unsur pokok. Sebenarnya saya juga ingin menerbitkan cerita saya yang bukan detektip, dan juga karangan baru (dimuat majalah bahasa Jawa 2006) tetapi karena untuk menerbitkan buku-buku bahasa Jawa tetap masih harus keluar uang (belum menguntungkan secara komersial) maka penerbitannya harus disesuaikan dengan keuangan saya pribadi dulu. [Selanjutnya…]
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment