SURABAYA – Kepengurusan Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) telah dilantik. Ketuanya dijabat lagi oleh Bonari Nabonenar untuk periode 2008 - 2013. Pertengahan 2009, PPSJS merencanakan menggelar Festival Sastra Jawa (FSJ) pertama di Trenggalek. Ajang ini diharapkan bisa menjadi embrio ajang sastra etnik di Nusantara yang lama digagas.
Selain itu, tambah Bonari yang ditemui seusai pelantikan di Pendapa Kampus Sekolah Tinggi Seni Wilwatikta (STKW) Surabaya, Rabu (26/11), ke depannya PPSJS juga bakal bekerjasama dan memperluas jaringan dengan beberapa paguyuban lain, termasuk juga penerbit. “Jika ada salah satu anggota membuat buku, bakal difasilitasi untuk bisa masuk ke penerbit,” jelasnya.
Dua buku yang telah diterbitkan PPSJS, ditulis salah seorang anggota PPSJS, Sri Setyowati atau akrab dipanggil Trinil. Dua buku itu berupa guritan berjudul Dunga Kembang Waru dan novel berjudul Sarunge Jagung. Semuanya karya itu berbahas Jawa Surabayaan bukan Jawatengahan.
Menurut catatan Surabaya Post, Trinil dalam proses pemilihan Ketua PPSJS 2008 – 2013, juga banyak diunggulkan dan diharapkan bisa ngemong anggota PPJS. Selama ini dia juga dinilai produktif menulis dan aktif di keanggotaan. Karena kesibukannya di kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Trinil menolak duduk di kepengurusan tapi tetap mendukung sepenuhnya PPSJS.
Kalau PPSJS selama ini jarang muncul di permukaan, jelas dia, karena sepinya kegiatan. Acara besar yang pernah digelar PPSJS adalah Kongres Sastra Jawa (KJS). Itupun baru dua kali diadakan dan rentan waktunya sangat jauh. KJS pertama pada 2001 di Solo dan kedua 2006 di Semarang.
“Kegiatan ini waktunya nempel dengan Kongres Bahasa Jawa (KBS). Karena itu, kadang KJS dikatakan saingan KBS,” tutur Bonari.
Selain itu, tambah Bonari, PPSJS bakal menjadi wadah aspirasi anggotanya mulai yang muda maupun yang memiliki nama besar seperti Suparto Brata, RM Yunani, Suharmono Kasiyun dan lainnya. Semisal karya anggotanya ada yang ‘menyomot’ tanpa ada ijin atau tanpa ada royalti, PPSJS memfasilitasi dan ikut “teriak,”.
Sementara pada pidato pelantikannya, Bonari juga mengkritik Bahasa Jawa di situs Google. Dia menilai ada beberapa ketidaksesuaian yang digunakan Google dengan ejaan yang baku. Misalnya penulisan fonetis “o” pada “toko” dan “o” pada “tokoh”. Di situs itu dituliskan dengan vokal yang sama “o”.
Dalam Bahasa Jawa berbeda dengan Bahasa Indonesia. Kedua vokal tersebut dituliskan berbeda di Bahasa Jawa. Vokal “o” pada “tokoh” di Bahasa Jawa ditulis dengan vokal “a.”
Di Bahasa Jawa Google, kata dia, akan sulit dibedakan antara kata “loro” berarti “dua” ataukah “loro” yang berarti ‘sakit.’ Contoh kalimatnya “tanganku loro,” yang berarti “tanganku dua” ataukah “tanganku loro” yang berarti “tanganku sakit”. Mestinya sakit dalam Bahasa Jawa ditulis “lara.”
Sedangkan Pengurus Besar PPSJS 2008 – 2013 secara lengkap, Amir Mahmud sebagai Pelindung dan penasihatnya adalah RM Yunani, Suparto Brata, Suharmono Kasiyun, Trinil, dan Aming Aminoedhin.
Ketua PPSJS Bonari Nabonenar, Wakil Ketua R Djoko Prakosa, Sekretaris Mashuri, Bendahara Indri, dan Pembantu Umum Arif Santoso dan Kicuk Parta. Seksi Kegiatan Anang Santoso, Kerumahtanggaan Gatot Suryowidodo, Litbang Yulitin Sungkowati, Humas R Giryadi, dan Kemitraan Leres Budi Santoto dan Ulfa.
Bersamaan dengan pelantikan itu, Komunitas Sastra Tutur Surabaya menggelar Sarasehan Sastra Lisan dan Pentas Tradisi Lisan. Acara tersebut dihadiri Wawalikota Surabaya Drs Arif Afandi.[k13]
Foto dan tulisan: Surabaya Post, Selasa, 2 Desember 2008 | 09:55 WIB
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment