Friday, February 19, 2010

Seniman Surabaya Mengenang RM Yunani Prawiranegara

Diprofil, Bonari Merasa Berdosa

Heti Palestina Yunani mengambil tempat duduk paling depan. Putri sulung RM Yunani itu ingin mendengarkan secara seksama kenangan-kenangan yang dilontarkan rekan-rekan bapaknya tersebut. Banyak hal yang baru diketahui Heti soal sosok orang tuanya itu.


SUASANA di Galeri Surabaya kemarin tampak marak. Puluhan seniman Surabaya dan sekitarnya berbaris rapi. Semua duduk lesehan, beralas tikar yang ditata memanjang. Para seniman bergantian menyampaikan kesan mereka terhadap sosok budayawan yang juga seorang jurnalis itu.

Dalam acara Mengenang Budayawan RM Yunani tersebut, di-launching pula buku Konservasi Budaya Panji.

Salah seorang seniman yang angkat bicara adalah Toto Sonata. Di mata dia, Yunani adalah sosok yang sangat serius. ''Bahkan superserius,'' ujar penulis sekaligus jurnalis itu. Dengan keserius-annya, Yunani bisa berkembang di semua lingkungan yang dia jamah.

Selain itu, Toto menganggap Yunani sebagai guru. Dalam mengasah ketajaman analisis tulisan, Toto terus dibimbing Yunani. Yang paling berkesan adalah saat Yunani menegur gara-gara semangat menulis Toto sempat menurun. ''Tegurannya keras, tapi jelas,'' ungkapnya.

Kesan lain dilontarkan Ketua Peguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) Bonari Nabonenar. Di mata Cak Bonari, Yunani adalah sosok sentral di PPSJS. ''Sering disebut sesepuh,'' ujarnya. Gelar sesepuh tersebut disematkan bukan gara-gara Yunani adalah pendiri atau orang paling lama di PPSJS, tapi karena Yunani memiliki sifat pengayom yang kuat. ''Terutama untuk golongan yang lebih muda,'' katanya.

Sementara itu, secara pribadi, Bonari juga pernah merasa sangat berdosa ke¬pada Yunani. Ceritanya, waktu itu Yu¬nani membuat profil tentang Bonari. Lalu, profil tersebut dimuat di majalah Joyoboyo, majalah berbahasa Jawa. ''Ini kebalik,'' ujar Bonari. Menurut dia, seharusnya dirinya yang membuat profil lengkap tentang Yunani.

Selanjutnya, memori kenangan terhadap Yunani juga dilontarkan Rahmad Giryadi. Redaktur budaya harian Surabaya Post itu memilih cara berbeda. Rahmad membacakan catatan Yunani di depan seluruh undang¬an. Catatan Yunani itu bertajuk Sang Panji Pahlawan Kebudayaan.

''Terlepas dari berbagai versi cerita dan kisahnya, Panji diceritakan sebagai panutan yang serbabisa,'' kata Giryadi membacakan kutipan catatan Yunani.

Tulisan karya Yunani tersebut terdapat dalam buku Konservasi Budaya Panji yang diluncurkan kemarin. Dalam buku itu, ada sembilan penulis lain yang ikut ambil bagian. ''Begitulah pemikiran Yunani, cukup tegas dan lugas,'' ucap Rahmad yang ditemui setelah membacakan catatan Yunani.

Heti, putri Yunani, antusias mendengarkan pemaparan demi pemaparan terkait kehebatan ayahnya. Perempuan 34 tahun itu menyatakan malah banyak mengenal ayahnya dari orang lain. ''Yang inilah, yang itulah,'' katanya.Salah satu wejangan bapaknya yang paling melekat di pikiran Heti adalah wejangan untuk terus menjaga sikap di mana pun.(tom)

MOH. HILMI SETIAWAN, Surabaya

Jawa Pos (Halaman Metropolis, Jum'at, 19 Februari 2010)

0 comments: