Friday, March 2, 2012

Konggres Sastra Jawa: Mengelola Energi Amarah dan Kekecewaan [4]

Penutup

Sanggar Anugerah di Desa Jono, yang dikebut pengerjaannya menjelang KSJ III

KSJ III meninggalkan kesan yang mendalam bagi para peserta, maupun bagi Desa ”Wisata” Jono. Kumpulan kisah seputar kesan-kesan peserta itu kini sedang dipersiapkan untuk diterbitkan, bersama makalah dan beberapa tulisan yang sudah termuat di beberapa media cetak, sebagai kenang-kenangan. H Dasuki, Kepala Desa Jono yang sekaligus juga pemilik Sanggar Seni Anugerah yang dijadikan tempat penyelenggaraan KSJ III pun sempat terisak-isak ketika memberikan sambutan perpisahan di acara Penutupan Konggres.

Yang cukup membanggakan adalah fakta bahwa KSJ III menginspirasi pula salah seorang warga Desa Jono, Mariyatun, yang menemukan ide untuk membuat kripik daun jati muda dan kripik daun sirih. Ide itu didapat hanya 3 hari sebelum KSJ III berlangsung. ’’Karena tahu desa ini akan kedatangan banyak tamu dari mana-mana, saya berpikir keras bagaimana bisa membuat sesuatu, jenis makanan, karena selama ini saya hobi memasak dan membuat kue, yang di mana-mana belum ada. Lalu ketemulah ide untuk membuat kripik daun jati dan daun sirih itu. Sebelum konggres berakhir, kripik daun jati dan daun sirih yang diproduksi Mariyatun sudah habis terjual.

Jika diringkas, hubungan antara KSJ dengan KBJ sejak 2001 adalah, KBJ III merespon KSJ I dengan mengakomodasi beberapa pengarang/penggurit --yang semula tidak terundang—untu menjadi peserta. Belum terjadi dialog, tetapi KSJ jelas sudah berhasil merebut perhatian. Polemik memanas menjelang digelar KSJ II dan KBJ IV di Semarang (2006), dan salah satu puncak ketegangannya adalah ketika sebagai salah seorang penggagas KSJ yang kebetulan pada saat itu adalah pengurus harian (Komite Sastra) Dewan Kesenian Jawa Timur, saya dicekal dan tidak boleh mengikuti/menjadi peserta KBJ IV.

Kini KSJ III sudah mulai diajak berbicara. Beberapa usulan dari para penggiat KSJ sudah disampaikan ke Panitia KBJ, bahkan saya dan beberapa teman penggiat KSJ pun dilibatkan di dalam kepanitiaan KBJ V. Kita tunggu, apakah suara-suara dari para penggiat KSJ itu hanya didengar saja agar dialog berjalan lancar, ataukah akan benar-benar diujudkan dalam tindakan. Tulisan ini diselesaikan dua hari menjelang digelarnya KBJ V di Surabaya, dalam suasana menunggu itu, dan dengan hati mulai berdebar-debar. *


Sumber Bacaan:
[1] www.bonarine.blogspot.com
[2] www.sastrajawi.blogspot.com
[3] www.ppsjs.blogspot.com
[4] Sastra Jawa Gagrag Anyar (Grup: Facebook)
[5] Wong Jawa Njawani (Grup: Facebook)
[6] Kliping opini dari media cetak: Surabaya Post, Jawa Pos, Suara Merdeka, Panjebar Semangat, Jaya Baya.
[7] wikimedia.org



--andharan iki ditulis sawatara dina sadurunge tumapake KBJ V

0 comments: