Wednesday, March 5, 2008

Para Sastrawan Hidupkan Lagi OPSJ

SEBATANG lidi, seberapapun kuat, tak akan lebih "ampuh" ketimbang seikat sapu. Lidi-lidi yang bersatu padu berupa sapu bisa optimal "bertugas" meraibkan sampah yang mengotori halaman.


Filosofi sapu itu agaknya menerbitkan kesadaran para sastrawan Jawa untuk menghimpun diri, membentuk ikatan dan jejaring solid. Ya, pada pengujung Kongres II Sastra Jawa (KSJ), yang rampung kemarin, mereka meneguhkan keinginan menghidupkan kembali Organisasi Pengarang Sastra Jawa (OPSJ). Organisasi yang sekian lama tak jelas kabarnya, entah masih bernapas atau telah tiada.

Keputusan menghidup-hidupkan kembali OPSJ merupakan salah satu rumusan dari berbagai perbincangan, diskusi, dan sarasehan selama tiga hari KSJ. Pada pelbagai sesi dan topik ''persidangan'' selalu mencuat persoalan bahwa sastrawan Jawa yang tak berdaya ketika berhadapan dengan media, penerbit, dan pasar yang dikentali aroma kapitalisme.

Mengutip ungkapan Bonari Nabonenar, penulis produktif asal Surabaya sekaligus salah seorang motor KSJ, sambat dan tawang-tawang tangis masih belum sepenuhnya terhindarkan. Dalam banyak hal, sastra (dan sastrawan!) Jawa masih termarginalkan kahanan. Karena itulah, tak bisa tak, sastra Jawa mesti dihidup-hidupkan dan dimudakan kembali. Ya sastra Jawa, ya organisasi pengarangnya.

Para pendiri OPSJ "baru" yang hadir antara lain Arswendo Atmowiloto, Suparto Brata, JFX Hoery, Sri Widati Pradopo, dan Diah Hadaning. Hadir pula para tokoh dan budayawan, semacam Darmanto Jatman, Ahmad Tohari, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Drs Sudharto MA, dan dalang asal Tegal Ki Enthus Susmono.

Untuk mengidupkan kembali organisasi itu, peserta kongres menunjuk para panggilut sastra Jawa dari kalangan lebih muda. Dengan harapan, jangkah dan langkah mereka lebih panjang.
Penulis cerbung Saridin Mokong Sucipto Hadi Purnomo ketiban sampur sebagai Ketua OPSJ 2006-2008. Dia akan menjalankan roda organisasi bersama Trias Yusuf PUT (wakil ketua), Bonari Nabonenar (sekretaris), dan Trinil (bendahara).

KSJ II juga menghasilkan beberapa rekomendasi. Para sastrawan Jawa memandang perlu membangun kemitraan untuk penerbitan karya sastra, terutama berupa buku.
Mereka juga merekomendasikan penyederhanaan materi sastra Jawa di sekolah, regenerasi sastrawan Jawa, serta memperluas KSJ menjadi kongres budaya Jawa.

''Secara operasional,'' kata Sucipto, ''OPSJ memperoleh tugas mendorong perwujudan seluruh rekomendasi kepada para pemangku kewenangan pengembangan sastra Jawa.'' (Achiar M Permana-53)

Suara Merdeka Senin, 04 September 2006

0 comments: