Wednesday, March 5, 2008

STSI Surakarta Peringati 20 Tahun Budayawan Gendon Humardani

Solo, Kompas - Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, mengenang 20 tahun kepergian Gendon Humardani (1923-1983), salah seorang pendiri Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), yang kini berubah menjadi STSI dengan menggelar serangkaian acara.


Puncak acara 20 Tahun Mengenang Kepergian Gendon Humardani diselenggarakan di pendapa STSI Solo dengan pertunjukan padat wayang kulit Ki KRT Wedodipuro Manteb Sudarsono dengan lakon Ciptoning, Minggu (10/8) malam.

Malam itu juga dipertunjukkan tari Sesaji, komposisi karawitan Bali oleh para "cantrik" Gendon, serta tari Bedaya Lalung, yang merupakan salah satu ciptaan Gendon.

Peringatan 20 Tahun Mengenang Gendon itu juga ditandai dengan peluncuran buku Seni dalam Berbagai Wacana, yang ditulis oleh orang-orang yang pernah mengenal Gendon.

Sebelumnya, STSI melakukan ziarah dan tirakatan di makam Gendon di Makam Janti, Kabupaten Klaten. Selain itu, juga digelar acara shalawatan dengan terbangan di rumah Gendon, di Kentingan, Solo.

Gendon dengan nama asli Sedyono Djojo Kartiko Humardani merupakan Ketua Presidium ASKI pada tahun 1972-1975. Setiap sepuluh tahun sekali, STSI memperingati kepergian almarhum yang meninggal pada 7 Agustus 1983. Sosok yang dianggap membangunkan kesenian tradisional Jawa pada era 1970-an itu dilahirkan pada 23 Juni 1923.

Kritikus seni tari yang juga Dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Dr Sal Murgiyanto mengemukakan, Gendon merupakan orang yang sangat berjasa di bidang seni tari pada masa itu.

"Sebelum ada Gendon, tarian (tradisional) Jawa seperti tertidur. Kemudian muncul sosoknya, yang dengan usaha keras mendorong kaum muda agar terus berkarya mengembangkan kesenian Jawa," papar Sal. Ia berharap, semangat Gendon terus dihidupkan untuk mengembangkan kesenian Jawa.

Sal berharap, semangat Gendon harus terus dihidupkan untuk mengembangkan kesenian Jawa sesuai perkembangan zaman.

Ia juga menganggap, nilai yang ditanamkan Gendon semasa hidupnya sudah tampak hasilnya. Misalnya, lewat program pascasarjana di STSI serta usaha STSI untuk menjadi institut.

Humanis

Ketua STSI Surakarta, Prof Dr Soetarno mengemukakan, dirinya selalu teringat oleh pesan almarhum Gendon yang selalu berpesan bahwa bekal hidup manusia adalah dengan mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

"Wejangan itu selalu saya ingat sampai sekarang. Beliau adalah orang yang keras, tetapi lembut hati dan juga memiliki humanisme tinggi," ujarnya.

Budayawan Suprapto Suryodarmo mengingatkan, jasa-jasa almarhum Gendon sebagai pendiri Pusat Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah (lebih dikenal sebagai PKJT) yang pada saat itu merupakan sarana penghubung antara dunia kesenian dan masyarakat luas. PKJT inilah yang di kemudian hari membentuk Taman Budaya Jawa Tengah di Solo. (sie)

Kompas Jawa Tengah Selasa, 12 Agustus 2003

0 comments: