Dikira Dokter, Banyak yang Konsultasi Keluhan
Sing nulis: NUR AINI ROOSILAWATI
Pengalaman merawat ibu dan mertua yang menderita kanker mengilhami Titah Rahayu untuk membuat situs tentang seluk beluk merawat pasien kanker. Dalam situs tersebut Titah berharap para penderita kanker atau keluarganya bersedia sharing pengalaman dan pengetahuan mengenai penyakit mematikan itu.
SEBENARNYA, ketertarikan Titah Rahayu mendalami dunia kanker justru berawal dari rasa keterpaksaan. Desember tahun lalu, Titah merasakan betapa beratnya merawat sang mertua, Sri Supadmi, yang didiagnosis menderita kanker usus besar. "Setelah keluar dari RS, beliau saya bawa ke rumah saya," kata Titah.
Selama empat bulan, wanita 44 tahun ini merawat sang mertua. Mulai bolak-balik kontrol ke dokter, mengganti kolostomi (lubang di perut untuk saluran pembuangan, Red), hingga menyiapkan segala keperluan mertuanya, seperti memasak makanannya. Dengan penyakit kanker usus besar itu, mertua Titah memerlukan makanan khusus yang halus. "Semua saya kerjakan sendiri, tanpa pembantu. Padahal, saya juga bekerja. Belum lagi harus mengurus anak-anak," ucapnya. "Pokoknya, superribet," tambahnya.
Walaupun terasa berat, Titah berusaha bersabar dan menjalani semuanya dengan ikhlas. Sebab, dia tahu apa yang dia kerjakan tak seberat penderitaan mertuanya yang tengah berjuang melawan penyakit kanker. Hingga akhirnya, sang mertua meninggal dunia dua minggu lalu (28/11).
"Saya tahu cara merawat mertua karena sebelumnya saya juga merawat almarhumah ibu saya (Muliah Dwi Purwanti) yang meninggal akibat penyakit kanker hati. Almarhumah meninggal 22 tahun silam (1985)," paparnya.
Pengalaman-pengalaman itulah seakan membukakan mata wanita yang sehari-hari bekerja sebagai editor majalah bahasa Jawa Joyoboyo ini tertarik mendalami kanker. Apalagi, ternyata ibu dua anak ini juga mempunyai peluang terkena penyakit kanker seperti yang diderita almarhumah ibunya. "Saya ini positif terinfeksi Hepatitis B. Bila tak saya obati, ada kemungkinan berlanjut ke kanker hati," tambahnya.
Titah mengetahui dirinya terinfeksi virus Hepatitis B sejak 17 tahun lalu. Yakni, ketika dia hamil kedua. "Saat hamil pertama, saya keguguran. Makanya, ketika hamil kedua, dokter meminta saya untuk periksa darah dan urine," katanya. "Hasil pemeriksaan menunjukkan ada virus Hepatitis B di tubuh saya," lanjutnya.
Mertua dan ibu Titah yang meninggal akibat kanker serta potensi dirinya terkena penyakit yang sama, mulai merasahkan hati dan pikiran Titah. Sejak setahun lalu, dia rajin browsing artikel tentang kanker di internet. "Saya menemukan banyak literatur mengenai kanker. Tapi, ternyata tak ada situs tentang kanker yang berbahasa Indonesia," jelasnya.
Hal itulah yang menggugah istri Bambang Edi Santoso ini kemudian terbetik untuk membuat situs yang khusus untuk media dialog penderita kanker dan keluarganya. Situs itu diberinya nama www.rumahkanker.com. Tujuan awalnya untuk forum sharing pengalaman penderita kanker dan keluarganya. "Saya yakin tak hanya saya yang merasakan beratnya merawat penderita kanker. Tapi, bila mau saling berbagi ilmu dan pengalaman, pasti akan banyak manfaatnya bagi penderita dan keluarga yang merawatnya," paparnya.
Situs yang dikelola Titah sendirian itu mempunyai sejumlah rubrik menarik. Di antaranya, Beranda, Pencegahan, Pengobatan, Perawatan, Paliatif, Kata Dokter, dan Curhat. Ada juga artikel terbaru mengenai perkembangan penyakit kanker dan pengobatannya. Artikel ini disarikan dari berbagai macam literatur ilmiah. "Saya terjemahkan dan saya sarikan jadi satu," ucap Titah.
Khusus artikel ilmiah ini, Titah mengerjakannya sendiri. Memang ada beberapa dokter yang bersedia menyumbangkan tulisan, seperti Prof Dr dr Roem Soedoko SpPA(K), ahli kanker dan kepala Yayasan Kanker Wisnuwardhana; serta Prof dr Sunaryadi Tejawinata SpTHT FAAO PGD Pall Med ECU, anggota tim Pembina Pusat Pengembangan Palitatif dan Bebas Nyeri FK Unair-RSU dr Soetomo. Tim dari Yayasan Kanker Dharmais juga membantu memberikan artikel.
"Tapi, jika makin banyak dokter yang mau berpartisipasi akan lebih baik. Sebab, masyarakat akan lebih banyak tahu mengenai kanker," paparnya.
Bagian dari situs www.rumahkanker.com yang tak kalah menarik adalah rubrik Kankertainment. Di bagian ini, ada beberapa joke-joke lucu mengenai kanker. Ada juga game-game yang diibaratkan perjuangan penderita kanker berperang melawan penyakitnya.
Ada pula blog rumahkanker.com. Bagian ini yang paling banyak dibuka dan dibaca pengunjung. Itu karena di dalamnya terdapat banyak tulisan dan email dari penderita kanker dan keluarganya. Dalam sehari, Titah bisa memperoleh 2-3 email baru.
"Tak jarang saya dicurhati pengunjung mengenai penyakit kanker secara medis. Saya dikira dokter," ucapnya.
Dalam porsi tersebut, Titah berusaha memberi penjelasan apa adanya, sebisanya. Dia selalu menyarankan pengunjung yang curhat kepadanya untuk berkonsultasi langsung ke dokter ahlinya. Hingga Selasa lalu (11/12) sudah sekitar 60 ribu orang yang membuka situs kanker Titah.
Selain lewat dunia maya, Titah juga menambah kesibukannya sebagai relawan kanker di Puskesmas Balongsari. Keterlibatan Titah di puskesmas ini pun bisa dikatakan melalui proses "perjuang". Sebab, dia sempat tidak diperbolehkan ikut dalam pelatihan penanganan pasien kanker. "Pesertanya memang hanya wakil dari keluharan dan kecamatan yang ditunjuk. Saya tidak ditunjuk, karena itu saya ditolak," ceritanya.
Tapi, Titah tetap ingin bisa terlibat dalam pelatihan itu. Dia pun merengek ke panitia agar boleh ikut pelatihan. Usahanya ternyata berhasil. Setelah mengikuti pelatihan, dia resmi jadi relawan kanker di Balongsari. "Dengan jadi relawan, saya tambah pengalaman," ucapnya.
Ke depan, dia ingin membuat komunitas khusus penderita kanker dan merekrut relawan kanker. Komunitas ini juga belum ada di Surabaya. "Makin lama penderita kanker kan terus bertambah. Jadi, butuh relawan lebih banyak lagi," tandasnya. (ari)
Klebu fotone, dikopas saka Jawa Pos, Kamis, 13 Des 2007
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment