OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Selasa, 2008 Januari 29
Memajukan dan mengembangkan budaya Jawa, saat ini terasa sangat berat di tengah serbuan kebudayaan hedonis dan konsumtif. Bagi para seniman Jawa, melestarikan nilai-nilai budaya warisan nenek moyang itu saja butuh pengorbanan yang luar biasa. Tidak hanya materi, tapi juga pengorbanan mental. Salah satu seniman yang bertekat melestarikan budaya dan sastra Jawa adalah Widodo Basuki.
Laki-laki kelahiran Trenggalek 41 tahun silam ini, sejak kecil tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang menganut budaya Jawa yang kental. “Sejak kecil saya terbiasa membaca cerpen, puisi, lagu atau berita yang menggunakan bahasa Jawa. Maklum saja, karena bapak saya seorang guru, berlangganan majalah bahasa Jawa. Sudah sejak kecil pula saya mulai menulis puisi atau cerita pendek atau novel yang menggunakan bahasa Jawa. Selain saya koleksi sendiri ya saya kirimkan ke majalah atau koran yang berbahasa Jawa,’’ kata peraih penghargaan seniman Jatim berkat kreatifitasnya di bidang seni dan budaya Jawa. Hobinya menulis puisi dan cerita dalam bahasa Jawa tersebut, semakin berkembang, ketika bapak dua anak ini menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika Surabaya. Sejak itu, semua yang berhubungan dengan budaya Jawa ia dalami. Tidak hanya mendalami penulisan puisi dan cerita dengan menggunakan bahasa Jawa. Wartawan salah satu majalah berbahasa Jawa di Surabaya ini juga mendalami seni peran lain yang berhubungan dengan budaya Jawa. Mulai ketoprak, ludruk, tembang hingga wayang orang dan kulit. Diakuinya, tidak semua nilai-nilai budaya Jawa itu baik. Bahkan ada beberapa nilai budaya Jawa yang dianggapnya negatif. Karena itulah, Widodo berusaha melestarikan dan mengembangan budaya Jawa yang positif saja. Sedangkan untuk nilai serta budaya Jawa yang negatif ia tinggalkan. Berbagai cara telah dilakukan dengan perkumpulan pengarang dan pemerhati budaya Jawa untuk melestarikan dan mengembangkan budaya warisan leluhur tersebut. Salah satu di antaranya dengan menerbitkan buku berupa perkumpulan puisi maupun cerita berbahasa Jawa.
Sayang, buku-buku yang diterbitkannya kurang mendapat sambutan dari masyarakat. Banyak alasan yang menyebabkan kurang diminatinya kumpulan cerita dan puisi bahasa Jawa. Di antara promosi dan sosialisasi yang kurang maksimal tentang budaya Jawa. Khususnya di bangku sekolah. Jika bahasa Jawa masuk dalam pelajaran wajib, dapat dipastikan bahasa dan budaya Jawa akan berkembang pesat.
Selain itu, ia bersama perkumpulan pengarang bahasa Jawa di Jawa Timur sering sekali mengadakan lomba, baik di tingkat pelajar maupun umum. Berkat usaha kerasnya melestarikan dan mengembangkan budaya Jawa, berbagai penghargaan bidang budaya telah diraihnya. Mulai penghargaan di tingkat provinsi Jawa Timur maupun di nasional.
FEBRUARI 2008
dikopas dari sini
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment