Warga Jawa Timur sudah tidak asing lagi dengan acara Pojok Kampung yang ditayangkan televisi swasta JTV setiap hari pukul 13.00 Wib dan 21.00 dengan logat khas Suroboyoan.
Dengan adanya bahasa suroboyoan tersebut menimbulkan niat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim untuk mengadakan pertemuan dengan penanggung jawab JTV. Dalam pertemuan itu telah terjadi kesepakatan, JTV akan mencantumkan logo B0 (bimbingan Orang Tua) dalam acara Pojok Kampung. Hal tersebut terkait dengan pengaduan dari masyarakat terhadap televisi JTV baik secara langsung maupun lewat telepon dan keluhan pemirsa dalam penggunaan bahasa suroboyoan yang terlalu vulgar.
Ketua KPID Dra Sirikit Syah MA saat mengadakan klarifikasi dengan pengelola acara Pojok Kampung JTV, Kamis (27/1) di Jl Rajawali Surabaya, mengatakan, perlunya pencatuman logo BO dan diharapkan supaya orang tua mendampingi anaknya saat menonton tayangan tersebut. “Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah tafsir, disamping itu istilah kata maat, ndoboli akan dibatasi penggunaannya, karena tidak semua orang Suroboyo faham dan menggunakan istilah itu, meski untuk binatang,” katanya.
Sirikit berharap, agar bahasa yang digunakan dalam Pojok Kampung lebih baik dan lebih santun. “Meskipun bahasanya Suroboyo tetapi tidak vulgar seperti sebelumnya, disamping itu ini juga bisa meningkatkan kualitas programnya,” tegasnya.
Sirikit juga menggungkapkan perlu adanya pembenahan bahasa Suroboyo, oleh karena itu, KPID dan JTV akan bekerjasama untuk minta dana ke pemerintah agar bahasa suroboyo tidak valid dengan jalan menyusun semacam kamus bahasa suroboyoan.
Dengan adanya kamus tersebut nantinya akan ada pakem bahasa Suroboyo.
Sementara itu menurut Direktur Pembina JTV M Arif Afandi, terkait dengan pemanggilan yang dilakukan KPID, ia mengakui, memang Pojok Kampung menggunakan bahasa kampung Suroboyo-an sebagai bahasa lesan, agar TV lokal ini menarik minat masyarakat. Maka dalam penyampaian berita, JTV menggunakan bahasa Suroboyo-an, disamping untuk melestarikan dan mempopulerkan bahasa-bahasa yang telah hilang. “Dan ternyata acara tersebut diterima oleh masyarakat, terbukti dengan ratting paling tinggi,” katanya.
Dengan memperoleh ratting yang tinggi dalam program tersebut, maka acara tayangan itu (Pojok Kampung, red) bisa dibeli oleh pemasang iklan. Disinggung soal istilah-istilah yang dianggap risih oleh masyarakat misalnya menyebut alat vital sebagai empal brewok, pihaknya berjanji untuk menghaluskan kalimat vulgar tersebut. “Karena dalam bahasa Suroboyo-an agak susah mencari kata-kata tersebut, dimana dalam bahasa Suroboyo-an kata-kata tersebut memang terdengar sangat kasar,” tambahnya. *(rin)
Kamis, 27 Januari 2005 17:51:40
Sumber: situs D-Infokom Jatim
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
7 years ago
0 comments:
Post a Comment