Monday, March 16, 2009

Siswa SMAN Kedungwaru Raih Juara dalam Festival Geguritan Se-Jawa Timur

Reni Protes Koruptor, Trio Hargai Jasa Guru

SMAN Kedungwaru boleh berbangga. Dua siswa sekolah favorit itu menjadi duta Dinas Pendidikan Tulungagung untuk mengikuti Festival Geguritan Pitutur Budi Pekerti Luhur se-Jatim pada 11 Maret lalu. Hasilnya, selain meraih pengarang geguritan terbaik juga membawa pulang trofi penyaji geguritan terbaik dan terfavorit.


Festival Geguritan Pitutur Budi Pekerti Luhur se-Jatim diselenggarakan di hall Radio Pertanian Wonocolo Surabaya dengan diikuti perwakilan kabupaten dan kota se-Jawa Timur. Jumlahnya 76 peserta, terdiri 38 peserta putra dan 38 peserta putri.

Geguritan adalah puisi Jawa Modern atau juga sering disebut puisi Jawa gagrag anyar. Dalam festival itu, setiap perwakilan wajib mengirimkan penulis geguritan dan 2 orang yang membawakan geguritan tersebut. Tujuan utamanya adalah menyampaikan pesan moral atau budi pekerti luhur lewat media puisi Jawa.

Untuk penulis naskah dipercayakan kepada Ary Suharno, guru SMPN 1 Kalidawir yang juga sastrawan Jawa sekaligus wartawan. Sementara yang membawakan geguritan dipercayakan kepada Reni Dwi Puspitasari (siswa kelas 10) dan Trio Novid A. Nugraha (siswa kelas 11). Keduanya dari SMAN Kedungwaru Tulungagung. Dan ketiga duta tersebut ternyata memperoleh hasil yang luar biasa: menjadi penulis naskah terbaik dan kedua siswa SMA Kedungwaru tersebut juga menjadi penyaji terbaik dan terfavorit! Suatu prestasi yang luar biasa dan pantas dibanggakan. Hasil ini sebenarnya sama dengan hasil tahun lalu, yang ketiga-tiga memperoleh predikat terbaik!

Saat tampil membawakan geguritan berjudul Layang Gugat, Reni benar-benar menjadi pusat perhatian. Gadis manis semampai ini bisa membawakan geguritan tersebut dengan vokal dan ekspresi sempurna. Gayanya yang ekspresif dan atraktif namun "njawani" itulah yang menjadi kekuatannya. Semua mata di hall Radio Pertanian Wonocolo seakan tak berkedip. Semua terpikat atas gaya dan vokalnya yang benar-benar menguasai. Lebih-lebih saat membawakan geguritan tersebut juga diiringi dengan gender, slenthem, rebab dan seruling yang dimainkan dengan apik oleh sang aranser: Gery Wibisono dan M. Gufron. Suasana benar-benar khidmad dan memikat. Apalagi tata lampu dan tata panggungnya sangat mendukung suasana. Reni yang juga mayoret drum band itu dengan pas memainkan kata-kata dalam frasa geguritan berjudul Layang Gugat tersebut.

Aja kok tinggali generasiku iki crita drama korupsi
Aja kok tinggali generasiku iki crita rebut empuke kursi
Aja kok tinggali generasiku iki crita rebutan dhuwit partai
Aku gugat sang manggala, aku gugat!
Wis lungkrah generasiku iki ndulu gosok gesek lan gasakmu
Apa iki isih bakal terus lumaku?!

Begitu rampung membawakan geguritan itu, tepuk tangan membahana. Sementara Trio Novid tak kalah menariknya. Cowok gagah ini membawakan geguritan berjudul Gurit Pisungsung yang berisi tentang rasa hormat dan penghargaannya terhadap guru. Menurut Trio, puisi ini pas sekali dengan suasana sekarang, sebab banyak siswa yang tidak menghargai jerih payah guru.

" Zaman sekarang guru itu serba salah. Begini salah begitu nggak benar," ucap Trio kepada RaTu.

Sementara Reni menimpali lain. "Kalau aku seneng banget dengan puisi yang aku bawakan. Kritik tajam terhadap para elit politik yang menghalalkan segala cara, melupakan tugas utama sebagai pengayom dan pengayem rakyat."

Kedua siswa SMA favorit di Tulungagung ini merasa bangga terhadap almamater dan Kepala Dinas Pendidikan yang memberikan kepercayaan sebagai duta untuk tampil dalam Festival Geguritan Budi Pekerti se-Jatim. Dan ternyata, walau keduanya dari pelosok desa; bisa memberikan hasil untuk mengaharumkan nama Tulungagung dan SMA Kedungwaru khususnya.

"Saya bangga dan berterima kasih sekali terhadap prestasi kedua murid saya ini. Mudah-mudahan sekolah kami bisa bicara di forum regional, nasional maupun internasional dalam berbagai bidang," ujar Drs Aditomo MM, kepala SMA Kedungwaru dengan ekspresi penuh kebanggaan.

" Walau zaman global, namun kami juga melestarikan budaya bangsa secara universal, baik yang tradisional maupun yang modern. Termasuk juga geguritan yang bagian dari khasanah sastra Jawa ini. Siapa lagi kalau bukan kita yang melestarikan!" kata Aditomo mengakhiri perbincangannya dengan RaTu. Bravo Reni dan Trio, bravo SMA Kedungwaru, bravo Dinas pendidikan Tulungagung dan bravo semua pendukung sehingga para duta tersebut sukses meraih predikat terbaik. [Andrian S – RaTu]


Radar Tulungagung [Sabtu, 14 Maret 2009]

1 comments:

kok mboten wonten geguritanipun?